Kenaikan PPN jadi 12% di tahun 2025 mengancam daya beli kelas menengah. Simak dampaknya bagi ekonomi rumah tangga dan tips mengelola keuangan di tengah inflasi!
Pemerintah berencana akan menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%. Aturan baru ini akan efektif berlaku mulai 1 Januari 2025 mendatang.
Aturan kenaikan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang disahkan pada 29 Oktober 2021 lalu oleh Presiden Joko Widodo.
Sementara merujuk pada UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, pemerintah berwenang mengubah tarif PPN paling rendah 5% dan paling tinggi 15%.
Hingga saat ini, memang belum ada kepastian kenaikan tersebut. Namun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Agustus 2024 lalu memberi sinyal rencana kenaikan itu tetap dilaksanakan.
"Kan Undang-undangnya sudah jelas ya. Kecuali ada hal yang terkait dengan Undang-undang (yang menunda kenaikan PPN), kan tidak ada," kata Airlangga dikutip CNBC Indonesia, Senin (4/11/2024).
Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, ada beberapa sektor yang tidak terkena PPN, seperti barang kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, hingga transportasi.
"Jadi banyak masyarakat yang menganggap semua barang jasa kena PPN, tapi sebenarnya UU HPP sangat menjelaskan, barang kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, transportasi, itu tidak kena PPN," kata Sri Mulyani.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Investasi Harus Pakai Uang Dingin
Dampak Kenaikan PPN Jadi 12%
Jika benar dilaksanakan, kenaikan tarif PPN menjadi 12% akan berdampak pada perekonomian. Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga, Sri Herianingrum menjelaskan, kenaikan PPN akan berpotensi mengurangi aktivitas ekonomi mikro.
Dampak itu akan terasa pada sektor industri maupun masyarakat. Di sektor industri, kenaikan PPN akan membuat biaya produksi mengalami kenaikan sehingga mengurangi profitabilitas perusahaan atau membuat perusahaan menaikkan harga.
Sementara pada masyarakat, kata dia, kenaikan ini akan memperburuk situasi sulit ekonomi saat ini. Kenaikan PPN akan sangat berdampak bagi kelas menengah ke bawah dengan naiknya harga-harga.
“Akan terjadi kenaikan harga sejumlah barang kebutuhan pokok seperti beras dan minyak goreng. Hal ini dapat memberi tekanan ekstra, terutama pada golongan menengah ke bawah yang akan merasakan dampaknya secara langsung,” katanya dikutip dari laman resmi UNAIR.
Perilaku konsumen secara individu juga akan terpengaruh kenaikan PPN. Menurut Sri, akan terjadi penurunan daya beli masyarakat yang menyebabkan konsumsi juga akan menurun.
Kenaikan tarif PPN, lanjut Sri, juga akan berdampak pada kegiatan investasi. “Investasi pun berpotensi menurun karena adanya peningkatan biaya produksi dan penurunan permintaan atas barang dan jasa,” katanya.
Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa dampak kenaikan tarif PPN terhadap perekonomian masyarakat, terutama kelas menengah.
1. Harga Barang dan Jasa Naik
Keluarga kelas menengah akan merasakan kenaikan harga pada barang dan jasa yang dikenai PPN, seperti kebutuhan sehari-hari, transportasi, serta tagihan listrik atau internet.
Kenaikan harga ini membuat pengeluaran keluarga menjadi lebih besar, sehingga mereka harus menyesuaikan anggaran belanja untuk kebutuhan pokok dan mengurangi pengeluaran yang sifatnya sekunder.
2. Penurunan Daya Beli
Dengan harga yang semakin tinggi, daya beli keluarga kelas menengah bisa menurun. Keluarga mungkin akan lebih selektif dalam memilih barang dan jasa yang dibeli atau beralih ke produk alternatif yang lebih murah.
Penurunan daya beli ini berdampak pada gaya hidup, khususnya untuk pengeluaran pada hiburan atau liburan, yang biasanya dinikmati oleh kalangan kelas menengah.
3. Rencana Keuangan Terdampak
Kenaikan PPN mengurangi porsi tabungan keluarga kelas menengah, karena mereka harus mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk pengeluaran rutin.
Hal ini bisa mempengaruhi rencana jangka panjang mereka, seperti dana pendidikan, dana darurat, atau investasi, karena sebagian dana mungkin dialihkan untuk kebutuhan sehari-hari yang semakin mahal.
Baca juga: Harga Emas di 2025 Naik? Hindari Kesalahan saat Investasi Emas!
Tips Atur Keuangan saat Ekonomi Sulit
Dalam kondisi ekonomi yang sedang sulit, sangat penting bagi setiap individu untuk lebih teliti lagi dalam mengelola keuangan. Berikut ini beberapa tips keuangan dari Financial Planner Ruang Menyala, Widya Yuliarti yang bisa diikuti.
1. Ubah Mindset
Dalam situasi ekonomi yang menurun seperti saat ini, jangan dulu mengutamakan keinginan daripada kebutuhan. Prioritas utama adalah fokus pada kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, dan papan.
Karena itu sebisa mungkin penuhi kebutuhan seperti seperti makanan, tempat tinggal, tagihan, dan kesehatan terlebih dahulu. Hindari pengeluaran untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif atau keinginan sesaat.
2. Atur Pengeluaran Lebih Bijak
Mengelola pengeluaran dengan bijak sangat penting di tengah ekonomi yang tidak pasti. Buat anggaran bulanan yang jelas dan batasi pengeluaran di luar rencana.
Kamu bisa menggunakan aplikasi keuangan atau mencatat manual pengeluaran sehari-hari biar lebih terkontrol. Pastikan kamu tidak mengeluarkan anggaran secara berlebihan.
3. Jangan Salahkan Keadaan
Kondisi saat ini memang sedang sulit namun tak ada gunanya menyalahkan keadaan. Daripada terus meratapi kondisi ekonomi yang menurut, lebih baik kamu mulai mengatur keuangan dengan lebih baik.
Meskipun keuangan sedang sulit, tetap usahakan menyisihkan sebagian penghasilan untuk dana darurat. Dana darurat penting buat berjaga-jaga kalau ada kebutuhan mendesak, seperti biaya kesehatan atau kehilangan pekerjaan.
4. Investasi Secara Konsisten
Di tengah ketidakpastian ekonomi, tetap investasi secara konsisten. Meski kondisi pasar mungkin berfluktuasi, investasi jangka panjang tetap penting untuk pertumbuhan kekayaan di masa depan.
Kamu bisa mulai dari instrumen investasi dengan modal minimal, seperti reksa dana, emas, atau obligasi. Investasi bisa dilakukan dengan nominal kecil, tetapi harus konsisten!
Saat ini sudah banyak platform yang menyediakan fitur investasi dengan dana yang terjangkau. Salah satunya adalah investasi ReksaDana dan Emas yang bisa dimulai dari Rp10 Ribu saja.
Memulai investasi ReksaDana atau Emas sekarang bisa kamu lakukan dengan mudah melalui OCBC mobile. Ini adalah aplikasi mobile banking dari OCBC yang tidak hanya mempermudah transaksi, tetapi juga dilengkapi dengan banyak produk investasi dan menabung.
Sebelum memulai investasi, ada baiknya kamu mengetahui kondisi kesehatan finansialmu terlebih dulu. Dengan begitu, kamu bisa mengetahui instrumen investasi apa yang cocok.
Untuk itu, kamu bisa cek kesehatan keuangan kamu di sini. Dengan melakukan financial fitness check up, kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan pertama kali supaya keuangan kamu lebih sehat dan membuatmu bahagia.
Financial Fitness Check Up bisa membantumu memeriksa kondisi keuangan hanya dalam waktu 3 menit. Lalu, kamu juga bisa membahas hasil Financial Fitness Check Up kamu dengan Nyala Trainer di Konsultasi 1 on 1.
Dengan sesi konsultasi ini, kamu bisa mengetahui bagaimana strategi yang tepat untuk keuangan kamu.
Banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapat, bukan? Jadi, yuk segera atur keuanganmu dengan Ruang meNYALA sekarang agar kamu bisa segera #FinanciallyFit!