Logo Ruang Menyal
Bg Block

Diversifikasi Investasi - Manfaat dan Cara Melakukannya

Oleh: ruangmenyala

Last updated: 14 April 2024 | 2875 dilihat

Article Detail

Apa itu diversifikasi investasi? Diversifikasi investasi adalah teknik untuk mengalokasikan dana investasi ke beberapa instrumen.

Karena tidak diletakkan hanya di satu instrumen, maka risiko volatilitas pun akan semakin rendah. Alhasil, keuntungan maksimal pun dapat diperoleh.

Dengan demikian, strategi ini tentunya sangat menguntungkan jika diterapkan saat berinvestasi. Nah, untuk mengetahui langkah-langkahnya, yuk simak uraian di bawah ini!

Pengertian Diversifikasi Investasi?

Secara sederhana, diversifikasi investasi adalah strategi pengalokasian aset ke beberapa kelas atau kelompok investasi serupa.

Diversifikasi investasi adalah cara paling sederhana untuk meningkatkan return sekaligus mengurangi risiko.

Karena tidak menempatkan seluruh investasi pada satu produk, maka portofolio kamu juga akan terlindungi dari volatilitas pasar.

Dalam kata lain, jika ada kerugian pada salah satu instrumen, kamu masih bisa mendapatkan keuntungan dari produk lainnya.

Pentingnya Diversifikasi Investasi

Apa manfaat dan tujuan diversifikasi investasi? Berikut ini jawaban dan penjelasannya.

1. Diversifikasi Investasi Untuk Menurunkan Risiko Investasi

Salah satu manfaat diversifikasi investasi adalah untuk meminimalisasi risiko rugi saat investasi.

Sebab, apabila ada salah satu instrumen investasi mengalami kerugian, maka masih ada produk lain yang meminimalisasi risiko tersebut.

2. Membantu Menemukan Strategi Investasi yang Tepat

Manfaat lain dari diversifikasi investasi adalah membantu investor menemukan strategi yang menguntungkan.

Dengan strategi diversifikasi, seorang investor akan terus bereksperimen untuk membagi porsi dana sesuai kebutuhan dan kondisi pasar agar tetap untung.

3. Mengurangi Ketergantungan Pada Satu Jenis Instrumen

Manfaat lain dari strategi diversifikasi investasi adalah agar mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis produk.

Dengan menggunakan strategi ini, kamu bisa mengetahui bahwa tiap-tiap instrumen investasi menawarkan tingkat keuntungan dan risiko berbeda.

Oleh karena itu, eksplorasi yang dilakukan dapat membuat seorang investor menemukan potensi keuntungan maksimal tanpa harus bergantung pada satu jenis instrumen saja.

Baca juga: 9 Aplikasi Saham untuk Pemula yang Aman dan Terdaftar OJK!

Cara Melakukan Diversifikasi Investasi

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam diversifikasi investasi adalah sebagai berikut:

1. Bedakan Setiap Instrumen Investasi yang Dipilih

Langkah pertama dalam strategi diversifikasi investasi adalah membedakan setiap instrumen yang dipilih.

Misalnya, jika kamu ingin investasi di reksa dana, maka sebar uangmu ke berbagai produk serupa. Contohnya seperti reksadana saham, reksadana pasar uang atau reksadana obligasi.

Selain itu, kamu juga bisa memilih investasi di industri yang berbeda-beda. Misalnya, kamu tidak hanya membeli saham di industri perbankan saja, namun juga manufaktur atau FMCG.

2. Tentukan Perbandingan Rasio Pada Tiap Investasi

Selanjutnya, tentukan kombinasi jenis aset dalam portofolio investasi. Perpaduan ini bertujuan agar kamu dapat memperoleh laba yang maksimal, namun dengan risiko minimal.

Jadi, alih-alih mengalokasikan aset risiko tinggi dalam satu portofolio, kamu bisa mencampurnya dengan beberapa instrumen yang risikonya lebih rendah.

Misalnya, 60% untuk saham, 20% untuk reksa dana dan 20% untuk properti. Tentunya, alokasi ini dapat berbeda-beda tergantung kondisi dan profil risiko yang dimiliki seorang investor.

3. Sesuaikan Portofolio Investasi dengan Profil Risiko

Selanjutnya, hal lain yang juga berperan sebagai pertimbangan dalam penentuan diversifikasi investasi adalah profil risiko investor.

Apa itu profil risiko investor? Secara sederhana, profil risiko adalah kemampuan seseorang untuk menerima risiko saat berinvestasi.

Dalam hal ini, ada tiga jenis profil risiko, yaitu konservatif, moderat dan agresif.

Tipe konservatif adalah profil risiko bagi mereka yang tidak bisa menerima perubahan ekstrim. Biasanya, tipe ini lebih suka memperoleh imbal hasil yang stabil meski tidak banyak.

Selanjutnya, ada tipe moderat atau pertengahan. Tipe ini merupakan investor yang mampu menerima risiko cukup tinggi namun belum terlalu agresif dalam mencari imbal hasil. 

Terakhir, ada tipe agresif. Profil risiko ini merupakan gabungan dari keduanya. 

Biasanya, orang-orang pada tipe profil ini cenderung berani mengambil risiko tinggi agar memperoleh imbal hasil maksimal.

Baca juga: 12+ Cara Investasi Saham untuk Pemula, Ini Langkah Mudahnya!

4. Rutin Mengatur Ulang Portofolio

Langkah selanjutnya yang tidak bisa dilewatkan dalam diversifikasi investasi adalah rutin mengatur ulang portofolio.

Melakukan diversifikasi investasi tidak bisa hanya diatur sekali. Salah satu penyebabnya adalah karena harga instrumen yang akan terus berfluktuasi.

Itulah mengapa, agar berjalan lancar, cobalah untuk rutin memeriksa diversifikasi portofolio investasi yang dimiliki. 

Misalnya, ketika kamu mengetahui ada harga saham yang turun, maka alokasikan lebih banyak dana untuk membelinya.

Selain itu, kamu juga bisa menyalurkan alokasi dana lebih banyak untuk investasi jangka panjang jika target investasi jangka pendek telah tercapai.

Jenis Diversifikasi Investasi

Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis diversifikasi investasi yang sering dilakukan. Adapun jenis-jenis diversifikasi investasi adalah sebagai berikut:

1. Diversifikasi Kelas Aset

Diversifikasi kelas aset adalah pengalokasian dana investasi ke berbagai macam kelas aset. 

Diversifikasi ini dapat dibedakan berdasarkan karakteristik produk seperti risiko dan likuiditasnya, adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:

a. Uang Tunai

Uang tunai adalah produk dengan risiko relatif rendah dan likuiditas tinggi dibanding kelas aset lainnya.

b. Obligasi

Obligasi adalah produk dengan risiko lebih tinggi dibanding cash dengan imbal hasil berbentuk kupon.

Beberapa contoh produk yang masuk ke kelas aset ini adalah Obligasi Pemerintah (SBR, ST, SR, ORI, FR, PBS, INDON & INDOIS), Obligasi korporasi dalam mata uang IDR dan USD dan Reksa Dana Pendapatan Tetap.

Baca juga: 5 Contoh Investasi Jangka Pendek, Hasilkan Cuan Lebih Cepat!

c. Saham

Saham adalah produk dengan risiko lebih tinggi jika dibandingkan dengan uang tunai atau obligasi.

Namun, sebanding dengan risiko yang dimiliki, ia juga mempunya potensi keuntungan lebih tinggi pula.

Beberapa contoh produk yang masuk dalam kelas aset ini adalah saham dan reksa dana saham.

d. Emas

Emas merupakan produk yang relatif aman di tengah volatilitas pasar akibat ketidakpastian ekonomi, politik dan geopolitik. 

2. Diversifikasi Mata Uang

Diversifikasi mata uang adalah alokasi investasi pada berbagai mata uang. 

Contohnya adalah ketika pandemi COVID-19 pertama kali muncul, nilai IDR dibanding USD turun menyentuh 16.500. 

Agar tidak mengalami kerugian besar, investor dapat melakukan diversifikasi investasi dengan membaginya ke beberapa mata uang berbeda. Misalnya, 60% USD dan 40% IDR.

3. Diversifikasi Geografis

Seperti namanya, diversifikasi geografis adalah investasi pada produk dari berbagai wilayah di dunia tanpa harus tinggal di negara tersebut.

Diversifikasi ini dilakukan untuk meminimalisasi risiko apabila keadaan ekonomi di sebuah negara turun. 

Jika dialokasikan ke beberapa negara berbeda, maka investor tidak akan mengalami kerugian dalam jumlah besar di waktu yang sama.

Diversifikasi geografis dapat dilakukan dengan cara membagi porsi investasi ke beberapa wilayah, baik dalam negeri maupun luar negeri. 

4. Diversifikasi Sektor

Diversifikasi sektor adalah investasi yang dialokasikan pada beberapa sektor industri.

Misalnya, salah satu portofolio berfokus pada sektor ekonomi dan lainnya pada sektor ESG (Environmental, Social and Governance).

Baca juga: Cara Beli Saham untuk Pemula Terbaru, Kamu Wajib Tahu!

Contoh Diversifikasi Investasi

Agar lebih mudah dalam memahami konsep diversifikasi investasi, mari gambarkan aplikasinya melalui sebuah contoh.

Katakanlah A bekerja di sebuah perusahaan dengan penghasilan sebesar Rp10 juta per bulan. 

Jika menggunakan teori keuangan 50/20/30, maka A harus menyisihkan uang sebesar Rp2 juta per bulan untuk investasi.Dalam hal ini, A diketahui sebagai investor dengan karakteristik agresif. 

Oleh karena itu, ia melakukan diversifikasi investasi dengan mengalokasikan dananya di saham, reksadana pendapatan tetap dan tabungan emas. 

Karena saham merupakan investasi dengan return paling besar, maka A mengalokasikan 50% dananya pada instrumen saham.

Sisanya, ia mengalokasikan 25% pada emas dan reksadana pendapatan tetap. 

Dalam hal ini, A memilih untuk menggabungkan saham dengan produk investasi lain yang memiliki risiko rendah agar tidak mengalami kerugian besar jika nilai saham turun.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa diversifikasi investasi adalah strategi yang dapat dicoba untuk menghasilkan keuntungan maksimal namun dengan risiko minimal.

Selain mengetahui strateginya, seorang investor juga harus memahami macam-macam instrumen yang dijual di pasar modal. 

Nah, untuk menemukan insight seputar hal tersebut, yuk baca artikel lain di blog Ruang Menyala!

Baca juga: Instrumen Pasar Modal: Pengertian, Contoh, dan Jenisnya


undefined Komentar

Max. 0/120 karakter

Konten Lainnya